Kemampuan intelektual lansia dan implementasi
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktifitas sosial dan okupasi yang normal juga aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS). Penyakit yang meningkat kan gejala dimensia antara lain adalah penyakit Alzheimer, masalah vascular seperti demensia multi infark, hidrosephalus tekanan normal, penyakit Parkinson, alkoholisme kronis, penyakit pick, penyakit huntington, dan AIDS. Sedikit nya setengah dari seluruh penghuni panti jompo mendeerita demensia. Diperkirakan bahwa 4 juta penduduk Amerika menderita penyakit Alzheimer dan pada tahun 2050 akan ada 14 juta orang di AS yang menderita penyakit tersebut.
PATOFISIOLOGI
Penyakit Alzheimer mangakibatkan sedikitnya 2/3 kasus demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang perneh popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara alin adalah efek toksik dari alumunium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon autoimun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer perrama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat penderita penyakit Alzheimer : plak amiloid dan kekusutan neurofibril. Terdapat juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
PERDEBATAN TENTANG PENURUNAN INTELEKTUAL PADA MASA DEWASA AKHIR
Issue mengenai penurunan intelektual selama tahun-tahun masa dewasa merupakan suatu hal yang provokatif (Santrock, 2004). David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized intelligence=yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence=yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Pendapat tersebut dipertanyakan Paul Baltes (1987) dan K Warner Schaie (1984), karena metode yang digunakan Horn adalah cross-sectional, sehingga factor individual differences, seperti perbedaan kohort, tidak diperhatikan, padahal mungkin akan sangat berpengaruh, sehingga kalau pun ditemukan perbedaan antara subjek yang berusia 40 tahun dengan subjek yang berusia 70 tahun, mungkin bukan karena factor usia, melainkan kesempatan memperolah pendidikan, misalnya.
Schaie sendiri mengadakan penelitian longitudinal tentang hal tersebut (1984), dan memperoleh hasil bahwa ternyata tidak ditemukan penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994, Schaie kembali mengadakan penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun.
Kecepatan memproses, mengingat, dan memecahkan masalah
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana. Denney menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem praktis, sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam pemecehan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia 20-an.
Pendidikan, Pekerjaan, dan Kesehatan Pada Dewasa Lanjut
Pendidikan, pekerjaan dan kesehatan adalah 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut. Ketiga komponen ini juga merupakan factor-faktor yang sangat penting untuk memahami mengapa pengaruh kohort (kelompok umur) perlu dimasukkan dalam laporan ketika mempelajari fungsi kognitif dari orang-orang dewasa lanjut.
Pendidikan
Fasilitas pendidikan, semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993).
Dinegara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain: 1) ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya. 2) ingin mempelajari perubahan social dan teknologi yang dirasakan mempengaruhi kehidupannya. 3) ingin menemukan pengetahuan yang relevan dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya. 4) ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut yang “harus” tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Kesehatan
Tidak bisa dipungkiri bahwa fasilitas kesehatan sekarang ini jauh lebih baik dibanding masa-masa sebelumnya, padahal dari hasil penelitian kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh factor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
Selain fasilitas kesehatan, ternyata gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada Subjek pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang/tidak pernah berolah raga. Penelitian berikutnya (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui bahwa olah raga merupakan factor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut. Yang harus diperhatikan dalam aktivitas berolah raga pada dewasa lanjut ini adalah pemilihan jenis olah raga yang akan dijalani, harus disesuaikan dengan usia Subjek, dalam arti kondisi fisik individu. Oleh karenanya sangat dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis yang kompeten dalam masalah ini.
TAHAP-TAHAP GEJALA DIMENSIA
Awal | Pertengahan | Akhir |
· Perubahan alam perasaan atau kepribadian · Gangguan penialaian dan penyelesaian masalah · Konfusi tentang tempat (tersesat pada saat akan ke toko) · Konfusi tentang waktu · Kesulitan dengan angka, uang dan tagihan · Anomia ringan · Menarik diri atau depresi | · Gangguan memori saat ini dan masa lalu · Anomia, agnosia, apraksia, afasia · Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah · Konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk · Gangguan persepsi · Kehilangan pengendalian impuls · Ansietas, gelisah, mengeluyur, berkeras · Hiperoralitas · Kemungkinan kecurigaan,delusi, atau halusinasi · Konfabulasi · Gangguan kemampuan merawat diri yang amat besar · Mulai terjadi inkontenensia · Gangguan siklus tidur-bangun | · Gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif · Ketidak mampuan mengenali keluarga dan teman-teman · Gangguan komunikasi yang parah (dapat menggerutu, mengeluh, ayau menggumam) · Sedikitnya kapasitas merawat diri · Inkontenensia kandung kemih dan usus · Kemungkinan menjadi hiperoral dan memiliki tangan yang aktif · Penurunan nafsu makan, disfasia dan risiko aspirasi · Depresi sitem imun yang menyebabkan meningkatnya risiko infeksi · Gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot dan paratonia · Reflex menghisap dan menggenggam · Menarik diri · Gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur |
Pencegahan primer
Identifikasi karakteristik individu atau factor risiko lingkungan untuk penyakit Alzheimer dapat membantu mengarahkan intervensi prevevtif untuk penyakit ini. Hasil epidemiologi yang paling konsisten berkaitan dengan penyakit Alzheimer adalah meningkatnya prevalensi dan insidensi yang terkait dengan usia. Individu yang berusia antara 75 tahun sampai 85 tahun cenderung mengalami dimensia alzheimet daripada serangan jantung. Angka insidensi cenderung lebih tinggi pada wanita daripada pria di semua kelompok usia, meskipun tidak ada penjelasan biologis yang bertanggung jawab untuk perbedaan jenis kelamin tersebut. Factor-faktor risiko lainnya yang memiliki hubungan dengan penyakit Alzheimer adalah agregasi faimilial dari sindrom down, agregasi faimilial dari penyakit Parkinson, usia ibu yang sudah lanjut, trauma kepala, riwayat depresi, dan riwayat hipotiroidisme. Tidak ada pebedaan geografis yang besar dalam hal insidensi maupun prevalensi.
Pendidikan dan pekerjaan dapat mengimbangi perubahan-perubahan neuropatologis pada penyakit Alzheimer dan awitan lambat dari gejala. Pendidikan yang rendah juga berhubungan dengan risiko penyakit Alzheimer dan dimensia yang lebih tinggi pada studi biarawati. Studi biarawati adalah kajian epidemiologis longitudinal tentang penuaan dan penyakit Alzheimer di School Sisters Of Notre Dame, sebuah kongregasi keagamaan di Amerika Serikat. Biarawati tersebut merupakan sebuah kelompok yang unik untuk dipelajarikarena mereka mempunyai riwayat dewasa yang sama, termasuk pekerjaan, diet, status sosialekonomis, rumah dan akses keperawatan medis yang sama. Studi biarawati menemukan bahwa kemampuan linguistic diawal kehidupan merupakan penanda yang lebih baik dibandingkan pendidikan terhadap aspek-aspek penting dari kemampuan kognitif dikehidupan yang berikutnya. Membandingkan autobiografi yang ditulis pada usia rata-rata 22 athun dengan fungsi kognituf kira-kira 58tahun kemidianmenunjukkan bahwa kemampuan linguistikyang rendah pada awal kehidupan merupakan predictor yang kuat terhadap buruknya fungsi kognitif dan terjadinya penyakit Alzheimer pada akhir kehidupan. Perkembangan dari fungsi kognitif normal rendah ke gangguan fungsi kognitif juga berhubungan dengan hilangnya kemandirian dalam AKS. Individu dengan skor rendah pada pemeriksaan konitif juga harus menjalani pengkajian fungsi fisiknya. Tindakan pencegahan sekunder dan tersier dapat membantu mempertahankan tingkat kemandirian fisik saat ini.
Pencegahan Sekunder
DIAGNOSIS DAN PENAPISAN UNTUK DIMENSIA
Lansia sering merasa khawatir bahwa mereka mulai mengalami tanda-tanda dimensia dan membutuhkan perawat dan profesional kesehatan lainnya engan cara yang halus berkaitan dengan ketakutan tersebut. Diagnosis demensia harus dibuat sepanjang waktu untuk membedakanpersistensi atau reversibilitas gejala. Riayat lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan tes neurofisiologis diperlukan untuk menetapkan diagnosis dimensia ireversibel. Perawat harus secara teratur melakukan pengkajian kognisi,perilaku dan status fungsionalpada lansia yang dicurugai atau dipastikan menderita dimensia. Banyak alat yang tersedia, dan variasi instrumen yang terbaik dibuat berdasarkan tahapan-tahapan dimensia, situasi hidup, dan maslah-masalah yang muncul.alat-alat yang banyak digunakan untuk mengkaji kognisi adalah Mini Mental State Exam, Clinical Demnetia Rating, dan Short Portable Mental Status Quetionnaire. Skala KATZ AKS dapat digunakan sebagai alat pengkajian AKS fungsional dan instrumental pada awal penyakit ini, tetapi karena status fungsionl sudah menurun, lebih baik digunakan alat yang dirancang spesifik untuk individu penderita demensia. Functional Behavior Profile digunakan untuk mengkaji kamampuan fungsionl dalam tiga domain: kenrja yugas, interaksi soaial, dan penyelesaian masalah. Bleesed Dementia Scale mengkaji fungsi-fungsi praktis seperti alam perasaan dan perubahan kepribadian.
MENURUNKAN TEKANAN LINGKUNGAN
Perawat harus melakukan suatu pengkajian tekanan linkungan di area hidup individu penderita demensia dan mewaspadai tekanan lingkungan dari stimulus auditorius, visual, taktil, dan stimulus kompetisi multipel. Perawat harus menghindari kemampuan stimulus yang berlebihan untuk memproses stimulus dengan tetap melakukan komunikasi verbal terfokus, cermat, dan sederhana. Penderita dimensia mengalami gangguan persepsi kdalaman dan perubahan visual lainnya.
Penata laksanaan
Untuk mencegah efek merusak dari penyakit, kebutuhan primer diri harus dipenuhi. Kebutuhan primer diri adalah kebutuhan fisik dasar manusia, rasa nyaman, dan kebutuhan akan rasa aman. Karena individu dengan demensia sering kali tidak dapat menyelesaikan tugas secara mandiri, perawat harus mengantisipasi kebutuhan-kebituhannya dan membantu klien.
Berikan sebutan nama yang mudah di ingat pada benda-benda yang sering di gunakan oleh lansia dengan dimensia. Seperti kunci, lansia akan sering lupa dimana ia meletakkan benda-benda seperti itu. Maka berikan nama pada benda dan tempat tersendiri khusus untuk meletakkan nya (gantungan kuci belakang pintu) berarti kunci di gantung di belakang pintu.
Daftar pustaka
Hasting, Diana.1995.Perawatan di Rumah.Jakarta: Arcan
Hastings, Diana.2005.Pedoman Keperawatan di Rumah.Jakarta: EGC
Watson, Roger.2003.Perawatan pada lansia.Jakarta:EGC
Nugroho, Wahyudi.2000.Keperawatan gerontik.Jakarta:EGC
L.Stockslager, Jaime.2007.Asuhan keperawatan geriatric.Jakarta:EGC
Noorkasani, S Tamher.2009.Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan askep.Jakarta:Salemba Medika
Maryam, R.Siti.2008.Mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta:Salemba Medika
Zang, Mara Sherly.2003.Manual Perawatan di rumah.Jakarta:EGC
Nugroho, Wahjudi.1999. Keperawtan Gerontik. Edisi 2.Jakarta: Buku kedokteran ECG